Om Swastuastu,
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang slims sebagai berikut :
a. Pendahuluan
Perkembangan alta elektronik mempermudahkan kita dalam memperoleh informasi. Maka dengan adanya slims ini akan menjadi salah satu saran.
b. Latar belakang
Seiring perkembangan teknologi di dunia ini, membuat masyarakat
ataupun pelajar malas berjalan ke perpustakaan, dengan itu saya
menginstal aplikasi ini.
c. Alat & Bahan
- File Aplikasi SLiMS 8 Akasia, bisa Download Disini
SLiMS 8-akasia (Download) - Komputer
- Terminal
d. Maksud & Tujuan
- Membuat perpustakaan online.
- Agar masyarakat dapat membaca buku secara online.
- Mengetahui pengertian SLiMS.
- Mengetahui cara instalasinya.
e. Jangka Waktu Pelaksanaan
Dalam proses pengerjaan ini, untuk bagian menginstal saya membutuhkan waktu sekitar 10 menit.
f. Pembahasan Materi
1. Pengertian Slims
Portable SLiMS atau PSLiMS adalah server web Apache yang dibundel dengan MySQL dan PHP. Senayan Library Management System (SLiMS) adalah perangkat lunak open
source gratis untuk pengelolaan sumber daya perpustakaan (seperti buku,
jurnal, dokumen digital dan materi perpustakaan lainnya). SLiMS
dilisensikan di bawah GNU GPL versi 3.
Senayan, atau lengkapnya Senayan
Library Management System (SLiMS), adalah perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library
management system) sumber terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3. Aplikasi web yang
dikembangkan oleh tim dari Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia ini dibangun dengan menggunakan PHP, basis data MySQL, dan pengontrol versi Git. Pada tahun 2009, Senayan memenangi INAICTA 2009
untuk kategori open source
Senayan pertamakali digunakan di Perpustakaan Departemen Pendidikan
Nasional. Pengembangan Senayan dilakukan oleh SDC (Senayan Developers
Community). Di koordinir oleh Hendro Wicaksono, dengan Programmer Arie Nugraha,
Wardiyono. Sementara dokumentasi dikerjakan oleh Purwoko, Sulfan Zayd, M Rasyid
Ridho, Arif Syamsudin. Pada Januari 2012, developer SLiMS bertambah 2 orang,
yaitu: Indra Sutriadi Pipii (GOrontalo) dan Eddy Subratha (Jogjakarta). Selain
itu, ada pula programmer Tobias Zeumer (tzeumer@verweisungsform.de), dan Jhon Urrego Felipe Mejia (ingenierofelipeurrego@gmail.com). Situs resmi SLiMS, saat ini ada di http://slims.web.id
Menurut Hendro Wicaksono dan Arie Nugraha, anggota tim pengembang Senayan,
program manajemen perpustakaan ini pertama kali dikembangkan pada November
2006. Waktu itu, para pengelola Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional di
Jakarta tengah kebingungan karena program manajemen perpustakaan Alice habis
masa pakainya. Alice adalah perangkat lunak bikinan Softlink sumbangan Pusat
Kebudayaan Inggris, British Council.
Departemen tak memiliki anggaran untuk memperpanjang masa pakai Alice.
Selain itu, Alice adalah produk tidak bebas (proprietary) yang serba tertutup.
Staf perpustakaan sulit mempelajari program tersebut. Alice bahkan tak dapat
dipasang di server atau komputer lain, sehingga tidak dapat didistribusikan ke
perpustakaan di lingkungan departemen tersebut.
Hendro lantas mengusulkan ke Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, yang
memayungi perpustakaan di departemen itu, untuk membuat program baru sebagai
pengganti Alice. ”Karena awalnya dikembangkan dengan uang negara, harus bisa diperoleh
secara bebas oleh masyarakat,” katanya.
Software baru itu kemudian dikembangkan dengan General Public License,
sistem perizinan yang lazim digunakan dalam perangkat lunak berbasis sumber
terbuka. Perizinan ini mensyaratkan agar software tersebut harus dapat
digunakan, dipelajari, diubah, dan didistribusikan ke pihak lain secara bebas.
Pada awalnya Hendro dan Arie Nugraha, pustakawan lain di sana, mencari
perangkat lunak yang sudah jadi, tapi terbentur sejumlah masalah. Beberapa
peranti lunak, seperti PHP MyLibrary dan OpenBiblio, ternyata kurang serius
menerapkan prinsip pengembangan aplikasi dan basis data. Dalam basis data yang
bagus, misalnya, tabel pengarang dan buku harus terpisah. ”Nah, software yang
ada waktu itu menggabungkan keduanya, sehingga tabel itu jadi lebih rumit
karena memuat data pengarang 1, pengarang 2, dan seterusnya,” kata Hendro.
Teknologi yang digunakan dalam software itu pun umumnya memakai bahasa
pemrograman Perl dan C++ yang relatif lebih sulit dipelajari oleh para
pustakawan departemen yang tak punya latar belakang ilmu teknologi informasi.
Selain itu, beberapa perangkat lunak tersebut sudah tidak aktif atau lama sekali
tidak muncul versi terbarunya.
Dengan berbagai pertimbangan itu, mereka memutuskan membuat perangkat lunak
yang baru sama sekali dengan memanfaatkan bahasa pemrograman PHP dan basis data
MySQL, yang mereka pelajari secara otodidak. ”Kami semua berlatar belakang pustakawan.
Kebetulan kami suka pada teknologi informasi dan sama-sama mempelajarinya,” kata
Arie.
Karena awalnya dikembangkan di perpustakaan yang berlokasi di kawasan
Senayan dan nama itu dirasa cocok dan punya nilai pasar yang bagus, aplikasi sistem
perpustakaan itu pun dinamai seperti tempat kelahirannya.
Senayan berukuran kecil dan sangat mudah dipasang di komputer, baik yang
memakai sistem operasi Linux maupun Windows. ”Besar seluruh file program,
termasuk program Linux, kurang dari 1 gigabita,” kata Arie saat menjaga gerai
Senayan di pameran Global Conference on Open Source di Hotel Shangri-La
Jakarta, 27 Oktober lalu.
Meski dibangun di atas platform GNU/Linux, Senayan bisa berjalan hampir di
semua sistem operasi komputer, termasuk Windows dan Unix. Untuk memudahkan
interaktivitas pengguna, aplikasi ini juga memakai teknologi AJAX (Asynchronous
JavaScript and XML) untuk tampilannya di peramban. Beberapa software bersumber
terbuka lain juga dipasang di Senayan untuk memperkaya fiturnya, seperti
genbarcode untuk pembuatan barcode, PhpThumb untuk menampilkan gambar, dan
tinyMCE untuk penyuntingan teks berbasis web.
Yang terpenting, Senayan dirancang sesuai dengan standar pengelolaan
koleksi perpustakaan, misalkan standar pendeskripsian katalog berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan aturan pengatalogan Anglo-American Cataloging Rules. Standar
ini umum dipakai di seluruh dunia. ”Karena yang mengembangkan adalah para
pustakawan, kami berani menjamin bahwa aplikasi ini sesuai dengan standar yang
dibutuhkan pustakawan di dalam dunia kerjanya,” kata Hendro.
Untuk mengembangkan Senayan, Hendro dan Arie mengajak anggota di mailing
list ISIS (ics-isis@yahoogroups.com)—kelompok diskusi para pustakawan pengguna
perangkat lunak manajemen perpustakaan milik UNESCO—bergabung. Beberapa
pustakawan lain menanggapi rencana mereka, bahkan turut membantu mengembangkan
peranti lunak itu.
Jadilah Senayan versi beta yang hanya beredar di kalangan pustakawan di
kelompok diskusi itu. Merekalah yang menguji dan kemudian memperbaiki
bolong-bolong dalam program tersebut. Akhirnya, setelah program itu dirasa
cukup stabil, Senayan dirilis ke publik pada November 2007, bertepatan dengan
ulang tahun Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional yang ketiga.
Seperti yang mereka perkirakan sebelumnya, beberapa kegagalan terjadi
ketika program itu dijalankan. Arie, yang bertugas menjaga kelancaran migrasi
itu, mendapat keluhan bertubi-tubi dari para pengguna dan harus langsung
memperbaiki program itu. ”Bugs (gangguan pada program) memang masih banyak pada
program awal ini,” kata Arie, yang kini menjadi dosen teknologi informasi di
almamaternya, Universitas Indonesia.
Tiga bulan berikutnya, Hendro mengundang beberapa pustakawan yang aktif di
mailing list ISIS untuk menghadiri Senayan Developer’s Day—acara perekrutan
tenaga pengembang program itu. Dari acara tersebut, terpilihlah empat nama:
Purwoko, pustakawan Fakultas Geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta;
Wardiyono, programer sebuah organisasi lingkungan; Sulfan Zayd, pustakawan di
Sekolah Mentari; dan Arif Syamsudin, pustakawan di Sekolah Internasional Stella
Maris.
Selama tiga hari para pustakawan terpilih itu berkumpul dan berkonsentrasi
dalam penambahan fitur, perbaikan, dan pembaruan dokumen Senayan. Hasilnya,
mereka meluncurkan Senayan versi yang lebih stabil dan dokumen program. Maret
tahun berikutnya mereka berkumpul kembali dengan kegiatan yang sama.
Belakangan, mereka mendapat bantuan dari Tobias Zeumer, programer di
Jerman. Zeumer mengganti program multibahasa Senayan dengan PHP Gettext,
standar program multibahasa di lingkungan peranti lunak sistem terbuka. ”Dia
peduli pada pengembangan Senayan dan salah satunya adalah menambahkan fitur
bahasa Jerman pada Senayan,” kata Hendro.
Selain terus memperkaya Senayan, tim pengembang terus membuat paket program
untuk memudahkan pemasangan. Paket yang disebut Portable Senayan (psenayan) ini
berisi program Senayan, Apache (program untuk server), PHP, dan MySQL. Pengguna
tinggal mengopi, mengekstrak, dan langsung menggunakannya pada komputer atau
server masing-masing.
Ketika dirilis pertama kali, Senayan baru diunduh 704 kali. Angka ini
melonjak menjadi 6.000 kali lebih pada Desember 2007 dan 11 ribu lebih Januari
2008. Adapun pada Oktober lalu program itu sudah diunduh hampir 27 ribu kali.
Dengan demikian, total sudah 250 ribu kali lebih program itu diunduh.
Karena dapat diunduh secara bebas, Hendro dan kawan-kawan tak tahu persis
berapa banyak pengguna aplikasi ini. Tapi sedikitnya ada sekitar 218
perpustakaan dan lembaga lain yang mengaku memakai Senayan, seperti Pusat Studi
Jepang UI, Perpustakaan Kedokteran Tropis UGM, Sekolah Indonesia-Kairo di
Mesir, Perpustakaan Indonesian Visual Art Archive, Lembaga Bantuan Hukum
Jakarta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Rumah Sakit M.H. Thamrin
Cileungsi, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia, serta Perpustakaan Umum
Kabupaten Pekalongan.
22 maret 2008 dirilis senayan3-stable2. Awal April
2008 library@senayan mulai resmi mengimplementasikan Senayan menggantikan
Alice. Sampai proposal ini dibuat, rilis terakhir Senayan adalah
senayan3-stable9. Untuk mempercepat pengembangan Senayan, beberapa hal yang
dilakukan antara lain:
Mengadakan Senayan Developers Day (SDD). Yaitu para
developer inti Senayan, dikumpulkan selama kurang lebih 2-3 hari di
library@senayan dan berkonsentrasi melakukan penambahan fitur, perbaikan dan
update dokumentasi. Output dari kegiatan adalah rilis baru dan update dokumentasi.
Dalam setiap
rilis Senayan, saat ini didistribusikan dalam dua versi.
Pertama, Senayan
Source. Yaitu hanya aplikasi Senayan, yang ditujukan untuk pemakai tingkat
lanjut, atau mereka yang sudah memiliki komputer dimana web server (biasanya
Apache), PHP dan MySQL sudah terinstall sebelumnya. Pengguna sistem operasi
selain Windows juga menggunakan distribusi ini.
Kedua adalah
distribusi Portable Senayan (psenayan). Yaitu Senayan yang sudah dipaketkan
dengan Apache, PHP dan MySQL. Sehingga pengguna tinggal copy, ekstrak, dan
gunakan. Ditujukan untuk pengguna Windows yang biasanya masih awam dengan
persyaratan software yang harus tersedia untuk menjalankan Senayan.
2. Kelebihan
Senayan Library
Management System (SLiMS) Secara Umum
- Senayan dapat diperoleh dan digunakan secara gratis
- Mampu memenuhi kebutuhan otomasi perpustakaan
- Senayan dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman interpreter
- Senayan dikembangankan oleh sumber daya manusia lokal
- Instalasi Mudah dilakukan
- Mampu berjalan di sistem operasi linux maupun windows.
1. Kompatibilitas
web browser
Untuk
mengakses Senayan diperlukan web browser. Sayangnya tidak semua web browser
mampu menjalankan aplikasi ini dengan sempurna. perangkat lunak ini
merekomendasikan mozilla firefox sebagai web browser. Sehingga jika penggunaan
web browser selain mozilla firefox mampu tampilan Senayan tidak akan muncul
secara sempurna. Misalnya ada beberapa menu yang akan tertutupi oleh banner
jika pengguna menggunakan internet eksplorer sebagai web browser. Namun jika
hanya digunakan untuk mengakses OPAC (online public access catalog) semua web
browser dapat digunakan.
2. Otoritas akses file
Senayan
menyediakan fasilitas upload (unggah) file. Dengan fasilitas ini pengelola
perpustakaan dapat menyajikan koleksi digital yang dimiliki perpustakaan,
seperti e-book, e-journal, skripsi digital, tesis digital dan koleksi digital
lainnya. Namun fasilitas upload file ini tidak dilengkapi dengan pembagian
otoritas akses file.
3. Proses Install Slims8_Akasia di LInux Mint
- Kalian install Lamp terlebih dahulu (Php,Apache2,mySQL,dan MariaDB)
- Kalian harus memiliki file slims8_Akasia yang akan diinstall atau dapat kalian klik Disini SLiMS 8-akasia (Download)
- Ekstrak file tersebut
- pindahkan file tersebut ke /var/www/html
- Setelah itu ubah nama file slims8-akasia kalian menjadi slims8 agar lebih mudah diingat
- kemudian kalian ketikan localhost/phpmyadmin
- Log in dan lalu buat Database yang baru dengan nama "slims" lalu create
8. Lalu kalian buka tab baru dan ketikan localhost/slims8 . kemudian akan tampil seperti dibawah ini lalu kalian klik LET'S START THE INSTALLATION
9. Setelah itu, kalianklik Next Install
10. Setelah itu isikan data-datanya :
Database Host : nama Host pada database
Database Name : nama database yang kalian buat di database phpmyadmin
Database Username : nama database (root) saat login diphpmyadmin
Database Password : password database kalian saat login di phpmyadmin
Username : username untuk login sebagai admin
Password : password untuk login sebagai admin
Retype Password : isikan password seperti diatas
11. Apabila ada kesalahan seperti pada step 3 ini kemungkinan kalian belum memberikan hak akses.
Hal yang harus dilakukan :
Kalian bukan terminal lalu Sebelumnya kalian pindah direktori dengan mengetikan cd /var/www/html
Seperti tahapan dibawah ini :
12. Kemudian akan tampil seperti dibawah ini lalu tinggal klik "OK,START THE SLIMS"
13. OK Installasi selesai dan berikut tampilan awal dari slims 8 akasia.
Kesimpulan :
Jadi dalam menginstall slims sebenarnya tidak sulit hanya saja dalam mengekstrak dan menempatkan file kalian harus benar dan jangan lupa untuk memberikan hak akses agar instalasi slim dapat dijalankan dengan baik.
Slims akan mempermudah seseorang dalam pembelajaran karna seperti perpustakaan buku.
Sekian yang dapat saya bagikan apabila ada kesalahan mohon maaf.SEmoga bermanfaat dan membantu kalian.
Om shanti,shanti,shanti Om
0 komentar:
Posting Komentar